contoh teks drama pendek pengalaman pribadi
B. Indonesia
say45
Pertanyaan
contoh teks drama pendek pengalaman pribadi
1 Jawaban
-
1. Jawaban Alekoke
Brandon : Pesen yang banyak deh! Nanti
aku yang bayar. Pokoknya kalian harus
makan sampe kenyang.
Tommy : Baru gajian ya? Kok royal
banget sih?
Brandon : Bawel ah! Mau ditraktir nggak
nih?
Anna : Ya jelas mau lah! Hari ini kan
giliran kamu yang keluar duit.
Tidak lama kemudian Elsa datang
menghampiri meja dimana mereka
duduk. Ia baru pamit dari toilet untuk
menerima telepon.
Anna : Elsa kenapa? Kok sedih? Pamali loh
sabtu-sabtu murung gitu!
Ivan : Iya kenapa sih, Sa? Dompetmu
hilang?
Brandon dan Tommy tertawa menimpali
lelucon Ivan tesebut.
Elsa : Mamaku barusan telepon. Dia bilang
papaku bangkrut. Semua rumah, mobil
dan tabungan di bank ludes. (Terisak
pelan) kami harus pindah ke tempat
tinggal yang lebih kumuh. Parahnya lagi
semua kebangkrutan ini karena papa
terlibat kasus korupsi dan sekarang dia
menjadi buronan polisi (Menangis)
Brandon : HAH? Yang bener?!
Ivan : Berarti kamu anak buronan?!
Anna : Kamu jatuh miskin sekarang, Sa?
Brandon, Ivan, Anna dan Tommy
memasang raut muka tegang dan
memandang hina kepada Elsa yang
sedang menangis.
Elsa : Aku sudah nggak punya apa-apa
sekarang, tapi kalian masih mau kan
temenan sama aku? Kita kan bersahabat
sejak lima tahun lalu.
Anna menjauhkan kursinya yang tadinya
berada di dekat kursi Elsa. Ia merapat
kearah Brandon yang berada
disebelahnya.
Anna : Ya, kamu tahu sendiri lah, Sa kita
ini sekumpulan pemuda-pemuda kaya.
Jadi, mana mungkin kamu bisa menuruti
gaya hidup kita?
Tommy : Mending kamu pulang dan
tengok keadaan orang tuamu, Sa.
Ivan dan Brandon hanya memandang
dingin kearah Elsa. Elsa pun menatap
mereka dengan tatapan yang sangat
sedih.
Elsa : Kupikir persahabatan kita selama
lima tahun ini berarti. Tetapi kita aku
jatuh miskin, kalian menempakku begitu
saja!
Brandon : Sudahlah, Sa. Pulanglah. Betul
tadi apa kata Tommy. Sudah bagus
makananmu kubayari!
Elsa bangkit berdiri dari kursinya
kemudian menatap sedih keempat
temannya. Kemudian ia meninggalkan
mereka dan keluar dari cafe.
Ivan : Gila si Elsa, masa kita disuruh
anggep dia teman sih. Sementara dia
udah melarat. Aku jadi nggak nafsu
makan.
Brandon : Sama nih, ya udah minta bill aja
deh!
Tiba-tiba Anna yang sudah hampir
sampai ke mobilnya, berlari menghampiri
Brandon dan Ivan.
Anna : Guys! Barusan aku dapat kabar
kalo ada seorang gadis yang ciri-cirinya
mirip Elsa hendak lompat dari fly over!
Ivan : Serius?!
Anna : Masa kayak gini bohong? Coba cek
handphone kalian!
Brandon dan Ivan mengecek handphone
masing-masing dan menerima kabar
yang sama dari pesan broadcast.
Brandon : Yuk, kita langsung ke fly over
itu! Kamu bareng kita aja, Anna! Hubungi
Tommy, suruh dia langsung kesana.
Anna, Ivan dan Brandon masuk kedalam
mobil. Brandon mengemudikan mobil
kearah fly over tempat dimana Elsa
hendak bunuh diri. Tiba-tiba di separuh
perjalanan, handphone Ivan berbunyi dan
raut muka Ivan berubah menjadi sangat
tegang.
Ivan : Guys.... Kita terlambat. Elsa
melompat dari fly over tersebut dan ia
tewas.
Brandon langsung menghentikan
mobilnya. Anna menangis tersedu-sedu di
jok belakang mobil.
Ivan : Kita langsung ke Rumah Sakit
Permata Biru aja, jenazah Elsa dibawa
kesana.
Brandon menarik nafas panjang kemudia
mengemudikan mobilnya kearah rumah
sakit itu.
Sesampainya disana, mereka bertiga
berlari dan didepan ruang jenazah sudah
ada ibu dan Helen, kakak Elsa yang duduk
membisu.
Anna berlari memeluk Helen.
Anna : Kak, maafkan kami. Ini semua
salah kami. Kalau kami kasih support ke
Elsa, pasti jadinya tidak akan begini.
Tetapi kami malah meninggalkan Elsa
begitu saja saat ia membutuhkan kami.
Helen membalas pelukan Anna dan
mengusap punggung Anna dengan
lembut. Helen tidak dapat menahan air
matanya.
Helen : Sudahlah, kami sudah memaafkan
kalian. Ini semua sudah digariskan oleh
Yang Maha Kuasa. Aku Cuma memohon
agar kalian terus mendoakan Elsa agar ia
tenang disana.
Brandon dan Ivan terkesiap menatap
Helen yang tidak marah kepada mereka
dan malah memaafkannya.
Ivan : Kami mohon maaf sebesar-
besarnya, Kak. Kami pasti terus
mendoakan Elsa.
Helen : Tidak perlu minta maaf terus
menerus, Van. Elsa hanya tidak kuat
menerima kenyataan bahwa kami semua
jatuh miskin. Aku sangat mengerti karena
sejak kecil ia hidup dengan bergelimang
harta.
Brandon, Ivan dan Anna takjub akan
kebesaran hati Helen dan semenjak itu
mereka bertekad untuk lebih menghargai
orang lain dan tidak menggunakan uang
sebagai tolak ukur.